MASALAH WAQOF








MASALAH
                     WAQOF


رسالة الوقف
فى
المسائل الدينية



































Risalah Waqaf

Muqoddimah

الحمد لله والصلاة والسلام على سيدنا محمد بن عبد الله وعلى آله وصحبه ومن تبعه أما بعد.
         Sebagai cabang dari permasalahan muamalat, waqof memiliki kedudukan tersendiri yang membedakan dari bentuk muamalat lainnnya dengan status dan tujuan yang jelas bagi kepentingan umum.
         Amal mulia mewaqofkan harta benda untuk kepentingan social telah berkembang sejak zaman Rosululloh SAW. Sebuah tindakan pelepasan hak milik untuk kepentingan umum tersebut dilakukan oleh para sahabat Rosululloh SAW, baik perorangan maupun secara kolektif sekaligus sebagai contoh yang layak ditiru oleh umat. Dan semenjak itulah amal social mewaqofkan harta benda untuk kepentingan syariat Islam terus dibudidayakan sebagai bagian tradisi Islam yang positif.
         Sejak datangnya islam, waqof telah dilaksanakan berdasarkan faham yang dianut oleh sebagian masyarakat muslim nusantara yaitu syafe’i dan adat kebiasaan setempat. Menurut Ter haar, waqof merupakan lembaga hukum islam yang telah diterima (gerecipreed) hampir diseluruh wilayah nusantara yang disebut dengan istilah belanda “Vroms Stichting” artinya keseluruhan konsep tentang waqof telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari adat kebiasaan masyarakat nusantara yang telah berjalan berabad-abad.
         Adalah sangat disayangkan apabila tradisi waqof yang sangat positif dan merupakan aset yang besar untuk perkembangan islam ini tidak dilaksanakan, atau disalah gunakan oleh seseorang atau kelompok untuk kepentingan pribadi dan golongannya. Inilah salah satu sebab yang mendorong penulis untuk memberi sekilas gambaran tentang waqof dan masalah yang berkaitan dengannya.
         Risalah ini hanya sebagai langkah awal untuk memahami masalah waqof yang telah terbukti banyak diselewengkan oleh sebagian orang yang mengerti dibeberapa daerah, walaupun tentu hanya sebatas kemampuan penulis dalam mengkaji masalah tersebut.
         Akan tetapi semoga menjadi amal ibadah yang menjadi sebab bagi penulis mendapat tambahan ilmu dan ampunan Tuhan dari segala kesalahan yang telah lalu.
         Namun demikian kritik dan saran merupakan satu keniscayaan untuk perbaikan dan penyempurnaan dimasa mendatang. Terima kasih.

Wallahul musta’an.
Wassalam




10 September 2012
Penyusun

Sayyid Soleh bin Muhammad Alhabsy
Pendiri Yayasan Tarbiyyah Islamiyyah







I.                   WAQOF

1.1    Dasar Hukum  Waqof
Firman Allah “ kamu sekalian belum sampai kepada kebaikan yang sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” (Qs. Ali imron : 92)
Ketika Abu Thalhah mendengar ayat ini, dia suka untuk mewaqofkan tanah Bairaha yang merupakan harta milik yang paling ia sukai.
والدليل قبل الاجماع قوله تعالى " لن تنالواالبرّ حتىّ تنفقوا مما تحبون" فان أبا طلحة رضى الله عنه لما سمع هذه الاية رغب فى وقف بيرحاء وكانت أحبّ أمواله اليه وهى حديقة مشهورة فى المدينة الشريفة اﻫ توشيح على ابن قاسم. ص ۱۷۲
Rosululloh bersabda :
“jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah amal kebaikannya kecuali tiga hal: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra.)
      Para ulama mengartikan shodaqoh jariyah dalam hadits ini dengan wakof.

1.2    Definisi Waqof
Secara harfiah waqof berasal dari kata Arab waqf (وقف) diambil dari kata waqofa – yakifu – wakfan – wukufan (وقف يقف وقفا ووقوفا) yang berarti  رديةradiah (terkembalikan), تحبيس tahbis (tertahan),  تسبيل tasbil (tertawan), dan    منعman’u (tercegah).
Sedangkan menurut istilah syara yang disebut waqof menurut ulama adalah: menahan harta tertentu yang bisa diserahkan dan mungkin untuk dimanfaatkan disertai kekal dzat bendanya dan putusnya hak pengelolaan benda tersebut untuk digunakan dalam kebaikan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Alloh SWT.
وهو لغة الحبس وشرعا حبس مال معين قابل للنقل يمكن الانتفاع به مع بقاء عينه وقطع التصرف فيه على أن يتصرف فى جهة خير تقربا الى الله تعالى اﻫ. توشيح على ابن قاسم. ص ۱۷۲
Walaupun dari definisi syara tentang waqof diatas bisa diambil beberapa pengertian tentang hukum seputar waqof, namun lebih baik kita perinci satu persatu sehingga lebih jelas dan tersusun.

1.3    Rukun waqof
واركانه اربعة واقف وموقوف وموقوف عليه وصيغة اﻫ. توشيح على ابن قاسم. ص ۱۷۲
         Rukun- rukun waqof ada empat:
1.Waqif     2. Mauquf     3. Mauquf alaih    4. Shigot


1.3.1 Waqif
         Yaitu pemberi waqof dan disyaratkatkan sebagai berikut:
1.      Sah ibarat (perkataann) nya. Karena itu tidak sah waqof dari anak kecil dan orang gila atau orang pikun.
2.      Ahli tabarru yaitu memiliki hak penuh untuk melepas kepemilikan atas harta tanpa imbalan. Karena itu tidak sah waqof dari orang yang terpaksa (mukroh) dan orang yang terlarang untuk mengelola harta bendanya (mahjur alaih).
وشرط الواقف صحة عبارته واهلية التبرع اﻫ. توشيح على ابن قاسم. ص۱۷۲

Catatan:
Maksud dalam definisi “ untuk digunakan dalam kebaikan” adalah selain hal yang haram.
Kaitan waqof dengan tujuan mendekatkan diri kepada Alloh (taqorrub ilalloh) bukan merupakan syarat. Jadi sah waqof walaupun tidak terlihat niat taqorrub seperti waqof kepada orang kaya.
Disyaratkan menjelaskan mashroful waqfi (sasaran waqof)
Waqif tidak disyaratkan muslim, orang kafir juga bisa memberi waqof.

1.3.2 Mauquf atau disingkat waqof
         Yaitu barang yang diwakofkan, dan disyaratkan memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.      Mauquf harus bisa dimanfaatkan walaupun tidak secara langsung seperti waqof anak domba yang baru bisa diambil manfaatnya setelah besar.
2.      Mauquf harus benda yang kekal dzatnya. Karena itu tidak sah waqof makanan, minuman, lilin dan sebagainya, sebab manfaat benda-benda tersebut adalah dengan cara menghabiskan dan melenyapkan dzatnya.
Arti kekal disini adalah tahan lama, bukan kekal yang berarti tidak bisa rusak. Dan arti dawam inipun relative, karena setiap benda memiliki batas ketahanan masing-masing seperti contoh besi dan kaca tentu berbeda arti ketahanan diantara keduanya tetapi tetap saja besi dan kaca disebut benda yang dawam (tahan lama)
والمراد الدوام النسبى ودوام كلّ شئ بحسابه اﻫ. توشيح على ابن قاسم. ص ١٧٣
3.      Mauquf harus merupakan milik waqif. Karena itu tidak sah mewaqofkan harta orang lain
4.      Mauquf harus bisa diserahkan walaupun tidak terlihat waqif. Jadi sah waqof orang buta dan barang yang dighoshob.
5.      Mauquf harus bisa diambil manfaatnya secara hakiki. Karena itu tidak sah waqof manfaat seperti waqof uang untuk modal perdagangan dan hasil labanya diberikan pada fakir miskin, sebab perdagangan bukan benda. Begitu pula tidak sah waqof uang untuk perhiasan, karena fungsi uang bukan untuk perhiasan.
6.      Mauquf harus tentu dan jelas. Karena itu tidak sah mewaqofkan salah satu dari kedua benda  seperti ucapan waqif “aku waqofkan salah satu dari bajuku”, karena pernyataan ini tidak jelas. Begitu pula tidak sah waqof barang yang masih dalam tanggungan (fi dzimah).
7.      Mauquf harus barang yang memiliki manfaat yang diperbolehkan (mubah) menurut syara. Karena itu tidak sah waqof arak, najis atau alat malahi (alat musik) seperti gitar, terompet dan lain-lain, karena itu semua terlarang menurut syara.
         Dalam madzhab syafe’i ada dua kategori benda yang berhubungan dengan masalah waqof yaitu Aqor dan Manqul.
         Aqor adalah benda diam atau tidak bergerak, benda ini berkaitan dengan bumi dan yang berada diatasnya seperti lahan, pepohonan, bangunan dan sebagainya.
         Manqul adalah benda bergerak atau mungkin dipindahkan dengan tanpa harus merusak atau merubah benda tersebut seperti pakaian, hewan, motor, mobil dan sebagainya.
         Dalam hubungan kedua kategori ini ada beberapa hal yang akan dibicarakan lebih lanjut nanti insya Alloh pada bahasan shigot.

Catatan:
Mauquf bersifat tetap (tidak bisa dipindah alihkan kepada orang lain) baik dengan cara diperjualbelikan , digadai, dihibahkan, atau diwariskan. Jadi mauquf telah lepas dari kepemilikan waqif dan juga bukan merupakan milik mauquf alaih (penerima wakaf).
Biaya pengurusan mauquf dan pembangunannya disekirakan waqif mensyaratkannya itu dari harta waqif atau dari harta mauquf, kalau tidak maka dari manfaat mauquf seperi hasil dari lahan, bilamana manfaat mauquf telah putus maka biaya pengurusan mauquf diambil dari baitul mal.
ونفقة الموقوف ومؤنة تجهيزه اذا مات وعمارته من حيث شرطها الواقف من ماله او من مال الوقف والا فمن منافع الموقوف ككسب العبد وغلة العقار فاذا انقطعت منافعه فالنفقة ومؤنة تجهيز لا العمارةُ من بيت المال اﻫ. توشيح على ابن قاسم. ص ۱۷٤
1.3.3 Mauquf alaih
Disebut juga mashroful waqfi, (sasaran atau tujuan waqof) yaitu seseorang atau kelompok yang menerima barang waqof . mauquf alaih terdiri dari dua macam yaitu:
a.       Mauquf alaih muayyan (tentu dan jelas) baik perorangan maupun kelompok.
b.      Mauquf alaih ghoiru muayyan (tidak tentu) yang biasa disebut jihat ammah (pihak umum) seperti mesjid dan fakir miskin.
Baik muayyan  maupun ghoiru muayyan disyaratkan harus layak untuk memiliki (ahlan litamalluk)
شرط الموقوف عليه معيناً كان كزيد وذريةِ فلان او جهةً كالفقراء والمساجد ونحوهما كونه اهلا لتملّك اﻫ. بغية المسترشدين ص ۱۷۱
Maksud dari kedua ketentuan tersebut adalah bahwa saat waqif mengucapkan shigot (ikrar) waqof, ia harus menentukan khusus dan memberi keumuman dalam hal mashroful waqfi seperti ucapan waqif “aku waqofkan lahan sawah ini pada zayd dan keturunannya dan fakir miskin”.
Ucapan waqif kepada zayd adalah tujuan pertama, dan keturunannya tujuan kedua dan fakir miskin tujuan terakhir (umum) maksud diadakan ketentuan seperti ini adalah untuk mengantisipasi apabila terjadi kekosongan pada mauquf alaih. Seperti dalam contoh adalah zayd dan keturunannya, sehingga apabila zayd telah mati dan keturunannya telah punah (mati) pula, maka masih ada mashroful waqfi lain yaitu fakir miskin sehingga manfaat dari hasil lahan sawah yang diwaqafkan tadi tetap memiliki penerima dan otomatis barang waqaf tersebut tetap bisa terjaga kelestariannya karena tentu akan selalu diolah untuk diambil manfaatnya.
Berbeda keadaan bila waqif hanya berkata “aku akan waqofkan lahan sawah ini kepada zayd” karena setelah zayd mati maka putuslah sudah mashroful waqfinya dan otomatis barang waqof tersebut menjadi tanah mati tanpa bisa diharapkan manfaatnya.
Mauquf alaih muayyan bisa merupakan kerabat atau keturunan waqif sendiri. Maksud waqof kepada dzurriyyah (keturunan) seperti ini biasanya dilakukan untuk mengantisipasi kecekcokan diantara ahli waris namun kenyataan dilapangan waqof seperti ini justru tidak sedikit menjadi sebab pertentangan dan perebutan diantara mereka yang akhirnya terjadi penjualan tanah waqof. Padahal jelas bahwa hal itu tidak boleh dan tidak sah diperjualbelikan.
Mauquf alaih yang merupakan jihat ammah atau pihak umum itu seperti ulama, yatim, fakir miskin, mesjid, mushola, pondok pesantren atau yayasan dan sebagainya.
Tidak sah menggantungkan waqof seperti ucapan waqif “ aku waqofkan rumah ini nanti akhir bulan” namun ada dua keadaan dimana sah waqof dengan penggantungan (ta’liq) yaitu:
a.       Setiap benda waqof yang menyerupai pembebasan yaitu benda waqof yang telah disepakati bahwa benda tersebut telah kembali menjadi milik Allah seperti mesjid, madrosah, pesantren, pekuburan dan lain sebagainya.
b.      Bila penggantungan (ta’liq) waqof tersebut dikaitkan kepada mati seperti ucapan waqif “aku wakofkan rumah ini setelah aku mati”.
Waqof seperti ini sah dan menjadi masalah wasiat dengan segala hukumnya.
لايصحّ تعليق الوقف فلوقال وقفت دارى قبل مرض موتى بثلاثة أيام أو قبل موتى بلخظة مثلا لم يصحّ نعم يستثنى من عدم صحة التعليق مسألتان : الاولى كلّ مايضاهى التحرير وهو مااتفق على أن الملك فيه لله تعالى كالماساجد والمدراس والمقابر والربط فيصحّ تعليق وقفها مطلقا. الثانية تعليقه بالموت كوقفتُ دارى بعد موتى أو إذا متُ فهى وقف على كذا فيصيحّ أيضا ويقع الوقف بعدالموت ويسلك به مسلك الوصية من كونه يقبل الرجوع اتفاقا وكونه من الثلث ومن أنه لابدّ فيه من الاجازة إن كان لوارث ثم يصير حكمه حكم الوقف اﻫ. بغية المسترشدين ص ۱٦۹  
Kecuali bila setelah ta’liq ditambahkan jihat ammah seperti ucapan waqif “aku waqofkan rumah ini padamu dan fakir miskin bila datang bulan syawal”
ويشترط فى الوقف أن لايكون مؤقتا كوقفتُ هذا سنة فلايصحّ مالم يعقبه بمصرف آخر فان اعقبه بمصرف آخر كوقفتُ هذا على زيد سنة ثم الفقراء صحّ اﻫ. توشيح على ابن قاسم. ص ۱۷٤
Mauquf alaih dilihat dari segi tujuan bisa dibagi menjadi dua:
a.       ibadah murni seperti waqof al-quran, kitab, mesjid dan lain-lain.
b.      Sosial (kepentingan umum) baik kepentingan pendidikan seperti madrosah, pondok pesantren, dan lain sebagainya. Atau kepentingan bersama seperti sumur, pekuburan, jalan, pasar, irigasi dan lain-lain.

Catatan:
Mauquf alaih yang bersifat seumpama pembebasan boleh menerima waqof berupa lahan produktif atau kelengkapan sarana dan lainnya.
Dimaksudkan untuk biaya pengurusan dan pembangunan. Karena itu dibutuhkan pengurus dan pengelola barang waqof tersebut. Pengurus itu disebut nadzir atau qoyyim waqof. Dan untuk masalah nadzir ini insya Allah penulis akan bahas diakhir risalah.



                  Shigot waqof
Yaitu ikrar atau pernyataan dari waqif. Merupakan salah satu bagian terpenting yang menjadi penentu sah atau tidaknya waqof tersebut. Karena itulah, hendaklah waqif mengerti dan hati-hati mengucapkan ikrar waqof tersebut dengan meneliti sebelumnya untuk apa? Dan kepada siapa? Barang waqof itu akan diserahkan.
Dalam pembahasan rukun waqof  yang lalu telah disebutkan bahwa ada dua kategori mauquf  (barang waqof) yaitu Aqor dan Manqul, khusus pada mauquf aqor, ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi berkaitan dengan sighot waqof antara lain:
1.      Bila waqif berkata “aku waqofkan lahan/tanah ini sebagai mesjid”.
      Lahan tersebut otomatis menjadi mesjid dan memiliki hukum-hukum mesjid seperti bisa dipakai sholat, beri’tikaf dan dilarangnya bagi orang junub atau haid untuk berdiam diatasnya dan lain sebagainya, baik diatas lahan tersebut terdapat bangunan atau tidak.
2. Bila waqif barkata “aku waqofkan bangunan ini sebagai mesjid”
      Maka bangunan tersebut memiliki hukum mesjid, tapi lahan bangunan ini tidak langsung menjadi mesjid.
3.      Bila waqif berkata “aku waqofkan tanah ini untuk mesjid dan sarana penunjangnya”
      Maka tanah itu sah menjadi mesjid namun tidak secara keseluruhan. Sehingga selain untuk mesjid, tanah itu bisa dipakai untuk membuat sarana penunjang lainnya seperti halaman parkir, kantor mesjid, perpustakaan, WC dan sarana-sarana yang lainya.
4.      Bila waqif berkata “aku waqofkan tanah dan bangunan diatasnya sebagai mesjid”
      Maka lahan dan bangunan tersebut berstatus mesjid dengan segala hukumnya.
Pada kasus pertama yang menjadi mesjid hanya tanahnya, sehingga bila diatasnya dibangun bangunan sebagai mesjid, bangunan itu bukan termasuk barang waqof.
Pada kasus kedua yang menjadi mesjid hanya bangunannya saja sedangkan tanahnya tidak berstatus tanah waqof.
Pada kasus ketiga yang menjadi mesjid hanya bagian yang ditentukan saja, sedangkan lahan yang lain bisa dibangun sarana-sarana yang lain. Bahkan bila diatas tanah itu dibangun satu bangunan untuk mesjid, maka bangunan tersebut tidak memiliki hukum barang waqof.
Pada kasus keempat, tanah dan bangunan diatasnya sekaligus dihukumi sebagai mesjid dan merupakan barang waqof.
Dilihat dari segi mauquf alaih, shigot waqof terdiri atas:
a.       Munqotiul awal, seperti ucapan waqof “aku waqofkan tanah ini pada anakku yang akan lahir kemudian kepada para fakir miskin” shigot waqof seperti ini batal dan tidak sah.
والثانى أن يكون الوقف على أصل موجود وفرع لاينقطع فخرج الوقف على من سيولد للواقف ثم على الفقراء ويسمى هذا منقطع الاول وهو باطل على المذهب اﻫ. توشيح على ابن قاسم. ص ۱۷۳
b.      Munqotiul awal dan akhir, seperti ucapan waqif “aku waqofkan tanah ini kepada anakku yangakan lahir” atau ucapan waqif “aku waqofkan tanah ini” tanpa menyebutkan mashroful waqfi shigot seperti inipun batal dan tidak sah.
فإن لم يقل ثم الفقراء بل اقتص على قوله وقفته على من سيولد لى كان منقطع الاوّل والآخر وهو باطل بالاولى كما اقتصر على قوله وقفت كذا فانه باطل فى الاظهر لعدم ذكرمصرفه اﻫ. توشيح على ابن قاسم. ص  ۱۷۳   
c.       Munqotiul akhir, seperti ucapan waqif “aku waqofkan tanah ini kepada zayd dan anak-anaknya”.
Dalam masalah shigot munqotiul akhir ini terdapat dua pendapat:
Pertama tidak sah seperti shigot munqotiul awal
Kedua yang merupakan pendapat sahih itu sah.
Adapun harta wakof tersebut menurut pendapat kedua, bila mana seluruh mauquf alaih telah punah, maka diserahkan kepada kerabat waqif yang paling dekat.
وقوله لاينقطع اختراز عن الوقف المنقطع الاخر كقوله وقفت هذا على زيد ثم نسله أى أولاده الذكوروالاناث ولم يزد على ذلك القول فانه طريقان فيعود الموقوف ملكا لواقف أو لورثته ان مات وهو الذى مشى عليه المصنف لكن الراجح الصحة وأن الموقوف يبقى وقفا ومصرفه وقت انقراض المذكور أقرب الناس الى الواقف رحماً لا ﺇرثاً فى الاظهر ويختصّ بفقراء القرابة والرحم لما فى ذلك من صلّة الرحم اﻫ. توشيح على ابن قاسم. ص ۱۷۳
d.      Munqotiul wasath seperti ucapan waqif “aku waqofkan tanah ini kepada anak-anakku dan seseorang lalu fakir miskin”. Hukumnya sama seperti shigot munqotiul akhir yaitu sah.
ومثل منقطع الآخر منقطع الوسط كقوله وقفت هذا على أولادى ثم رجل ثم الفقراء فالمذهب صحته ويصرف بعد الاول فيه مصرف منقطع الاخر  اﻫ. توشيح على ابن قاسم. ص ۱۷۳
Catatan:
Sah shigot waqof dengan tulisan
(سئل) عن كتابة وقف صيغته: وقف فلان جمع الدار الكائنة بمدينة كذا مصروف على فلان وفلان ولم يذكر فيه من الحدود ما يميزبه فهل الوقف بهده الصيغة صحيح ويسلم للموقوف عليهم أولا؟ (فاجاب) بانه يصح الوقف المذكور بهذه الصيغة المذكورة ويسلم الوقف للموقوف عليهم اﻫ. فتاوى شيخ الاسلام زكريا ص ۲۲۱  
Bila shigot (ikrar) waqof berisi tentang kepentingan umum (ma shalih) suatu mauquf alaih, misalnya waqif mewaqofkan sesuatu untuk kepentingan mesjid maka termasuk didalamnya bagian upah imam dan khatib.
(سئل) عن الوقف على مصالح الجامع هل يشمل الامامة والخطابة أولا؟ (فاجاب) بان الوقف على ذلك يشمل ما ذكر اﻫ. فتاوى شيخ الاسلام زكريا ص ۲۲٤
Pembagian shigot-shigot waqof seperti diatas hanya bilamana mauquf alaih (penerima waqof) tidak termasuk mauquf alaih yang bersifat seumpama pembebasan. Adapun bilamana waqof untuk mauquf alaih yang seumpama pembebasan, tidak terdapat perincian tersebut. Waqif cukup berkata “aku waqofkan tanah ini kepada mesjid”


II. Nadzir atau Qoyyim waqof

ذكر الدميرى حديث "اذا احب الله عبدا جعله قيّم المسجد واذا ابغضه جعله قيّم الحمام" اﻫ. بغية المسترشدين ص ۱۷۳
Nadzir adalah seseorang atau sekelompok orang yang diberi tugas untuk mengurus dan mengelola barang waqof. Nadzir bisa dipegang oleh waqif sendiri atau oleh mauquf alaih atau seseorang yang khusus diserahi tanggung jawab kepengurusan barang waqof dan diangkat atau ditunjuk oleh waqif. Karena itulah nadzir ada dua:
a.       Nadzir khusus; yaitu orang yang diangkat oleh waqif untuk mengurus dan mengelola barang waqof.
b.      Nadzir umum; yaitu hakim atau wali yang ditugaskan oleh pemerintah (waliyul amri).
Bila waqif tidak menunjuk seseorang untuk jadi nadzir maka pemerintah mengangkat hakim yang berada di daerah barang waqof tersebut terdapat untuk mengurus dan mengelolanya.
اذا لم يشرط الواقف النظرا لاحد او جهِل الشرطُ فالنظر على الوقف لحاكم بلد الوقف كما رجحه السبكى وغيره ولوكان الموقوف عليه ببلد اُخرى اﻫ.فتاوى ابن زياد بهامش بغية المسترشدين ص ۱۷۳

2.1    Syarat Nadzir
1.      Adalah       2. Kifayah
Adalah bersiafat jujur, amanah, dan bertanggung jawab, sedangkan Kifayah memiliki kemampuan pada bidangnya.

2.2    Tugas Nadzir
1.      Pembangunan dan kemakmuran barang waqof
2.       Pengelolaan dan pengaturan hasil manfaat barang waqof
وشرط الناظر عدالة وكفاية ووظيفته عمارة واجارة وحفظ أصل وغلّة وجمعها وقسمتها على مستحقيها اﻫ. الاقناع ۲\۸۱
Adapun ketentuan pengelolaan dan pengurusan mauquf itu tergantung dari syarat (keinginan) waqif. Bila wakif hanya memperbolehkan nadzir untuk mengurus dan mengelola sebagian mauquf, maka nadzir tidak boleh melewati batas kewenangannya. Waqif juga berhak untuk memberhentikan orang yang ia angkat sebagai nadzir dan memilih yang lain sebagai pengganti.
فان فوّض له بعضها لم يتعده. ولواقف ناظرعزل من ولاه النظرفيه ونصب غيره مكانه اﻫ. الاقناع ۲\۸۱
Nadzir mendapat upah dari tugas mengelolanya bila waqif menetapkan hal tersebut. Namun jika tidak, maka hakim bisa menetapkan bagian upah wajar bagi nadzir jika ia fakir (butuh).
(سئل) عن شخص وقف وقفا ولم يشرط للناظر عليه أجرة فهل له ان يأخد لنفسه أجرة من رِيَع الوقف أولا؟ (فاجاب) بانه لاشيئ للناظر من ريع الوقف والحالة هذه نعم ان كان فقيرا فللحاكم ان يقرر له معلوماً بقدر أجرته اﻫ. فتاوى شيخ الاسلام زكريا ص ۲۲۱
Syarat (ketentuan dan keinginan) waqif tentang pengurusan, pengelolaan, pembagian dan hal lainnya yang berkaitan dengan kepentingan mauquf itu harus diikuti dan dijalankan oleh nadzir.
Untuk kemakmuran dan keramaian mesjid, seorang nadzir boleh bahkan sunah untuk mengadakan hal-hal yang bisa menambah rasa suka dan betah para pengunjung mesjid seperti mengadakan jamuan kopi, rokok dan yang lainnya. Bila bisa untuk menambah jama’ah mesjid walaupun sebelumnya tidak terbiasa seperti itu.
ويجوز بل يندب للقيم ان يفعل ما يعتاد فى المسجد من قهوة ودخون وغيرهما مما يرغب نحوالمصلين وان لم يتعد قبلُ اذا زاد على عمارته اﻫ. بغية المسترشدين ص ٦٥
Catatan:
Tidak boleh mengangkat seorang kafir sebagai nadzir.
(سئل) عن ذمى ناظر على دير وعلى اوقافه ونذوراته بمقتض ولاية من الامام الاعظم فهل هذه الولاية صحيحة أو باطلة؟ (فاجاب) بأن ولاية الذمى وإن كان عدلا فى دينه باطلة لان شرط الناظر عدالة والعدالة الحقيقية لاتكون إلاّ لمسلم. ويحتمل أن يقال بصحتها إذا كان عدلا فى دينه قياسا على صحة إيصاء الذمى إلى ذمى على ذمى وعلى صحة عقد الكافر نكاحَ الكافر إذا كان كذلك وهو بعيدٌ لان الولاية فى تينك لم تصدر من مسلم وهاهنا صدرت منه وقد قال الله تعالى "(ياايها الذين آمنوا لاتتخذوا اليهود والنصارى أوليآء)" اﻫ.فتاوى شيخ الاسلام زكريا ص ۱۹۷


Sekian, semoga bermanfaat.

Wassalam







Daftar Pustaka

1. Tausyih Ala Ibn Qasim
2. Bughyat al-Musytarsyidin
3. Fatawa syaikh islam Zakariya
4. Al-Iqna’




















Risalah waqof ini ditulis ulang oleh “Ahmad Opandi Assidiq” .
Apabila ada kesalahan ketik dan penempatan kata yang kurang sesuai, mohon dimaklum dan diharapkan pembenarannya. Terima kasih.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Terimakasih bang semoga bermanfaat

 
TARBIYYAH ISLAMIYYAH Copyright © | Template designed by Liza Burhan | SEO by Islamic Blogger Template