MASALAH
WAQOF

فى
المسائل
الدينية
Risalah
Waqaf
Muqoddimah
الحمد
لله والصلاة والسلام على سيدنا محمد بن عبد الله وعلى آله وصحبه ومن تبعه أما بعد.
Sebagai cabang dari permasalahan
muamalat, waqof memiliki kedudukan tersendiri yang membedakan dari bentuk
muamalat lainnnya dengan status dan tujuan yang jelas bagi kepentingan umum.
Amal mulia mewaqofkan harta benda untuk
kepentingan social telah berkembang sejak zaman Rosululloh SAW. Sebuah tindakan
pelepasan hak milik untuk kepentingan umum tersebut dilakukan oleh para sahabat
Rosululloh SAW, baik perorangan maupun secara kolektif sekaligus sebagai contoh
yang layak ditiru oleh umat. Dan semenjak itulah amal social mewaqofkan harta
benda untuk kepentingan syariat Islam terus dibudidayakan sebagai bagian
tradisi Islam yang positif.
Sejak datangnya islam, waqof
telah dilaksanakan berdasarkan faham yang dianut oleh sebagian masyarakat
muslim nusantara yaitu syafe’i dan adat kebiasaan setempat. Menurut Ter haar, waqof
merupakan lembaga hukum islam yang telah diterima (gerecipreed) hampir
diseluruh wilayah nusantara yang disebut dengan istilah belanda “Vroms
Stichting” artinya keseluruhan konsep tentang waqof telah menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari adat kebiasaan masyarakat nusantara yang telah
berjalan berabad-abad.
Adalah sangat disayangkan apabila
tradisi waqof yang sangat positif dan merupakan aset yang besar untuk
perkembangan islam ini tidak dilaksanakan, atau disalah gunakan oleh seseorang
atau kelompok untuk kepentingan pribadi dan golongannya. Inilah salah satu
sebab yang mendorong penulis untuk memberi sekilas gambaran tentang waqof dan
masalah yang berkaitan dengannya.
Risalah ini hanya sebagai langkah awal
untuk memahami masalah waqof yang telah terbukti banyak diselewengkan oleh
sebagian orang yang mengerti dibeberapa daerah, walaupun tentu hanya sebatas
kemampuan penulis dalam mengkaji masalah tersebut.
Akan tetapi semoga menjadi amal ibadah
yang menjadi sebab bagi penulis mendapat tambahan ilmu dan ampunan Tuhan dari
segala kesalahan yang telah lalu.
Namun demikian kritik dan saran
merupakan satu keniscayaan untuk perbaikan dan penyempurnaan dimasa mendatang. Terima
kasih.
Wallahul
musta’an.
Wassalam
10 September 2012
Penyusun
Sayyid Soleh bin
Muhammad Alhabsy
Pendiri Yayasan
Tarbiyyah Islamiyyah
I.
WAQOF
1.1 Dasar Hukum
Waqof
Firman Allah “ kamu sekalian belum sampai kepada
kebaikan yang sempurna sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu
cintai” (Qs. Ali imron : 92)
Ketika Abu Thalhah mendengar ayat ini, dia suka untuk
mewaqofkan tanah Bairaha yang merupakan harta milik yang paling ia sukai.
والدليل قبل الاجماع قوله تعالى " لن
تنالواالبرّ حتىّ تنفقوا مما تحبون" فان أبا طلحة رضى الله عنه لما سمع هذه
الاية رغب فى وقف بيرحاء وكانت أحبّ أمواله اليه وهى حديقة مشهورة فى المدينة
الشريفة اﻫ توشيح على ابن قاسم. ص ۱۷۲
Rosululloh
bersabda :
“jika
seseorang meninggal dunia maka terputuslah amal kebaikannya kecuali tiga hal:
shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya” (HR.
Muslim dari Abu Hurairah ra.)
Para ulama
mengartikan shodaqoh jariyah dalam hadits ini dengan wakof.
1.2 Definisi Waqof
Secara harfiah waqof berasal dari kata Arab waqf (وقف)
diambil dari kata waqofa – yakifu – wakfan – wukufan (وقف يقف وقفا
ووقوفا) yang berarti رديةradiah
(terkembalikan), تحبيس tahbis (tertahan), تسبيل
tasbil (tertawan), dan منعman’u (tercegah).
Sedangkan menurut istilah syara yang disebut waqof menurut ulama
adalah: menahan harta tertentu yang bisa diserahkan dan mungkin untuk
dimanfaatkan disertai kekal dzat bendanya dan putusnya hak pengelolaan benda
tersebut untuk digunakan dalam kebaikan dengan tujuan mendekatkan diri kepada
Alloh SWT.
وهو لغة الحبس وشرعا حبس مال معين قابل للنقل يمكن الانتفاع
به مع بقاء عينه وقطع التصرف فيه على أن يتصرف فى جهة خير تقربا الى الله تعالى اﻫ.
توشيح على ابن قاسم. ص ۱۷۲
Walaupun dari definisi syara tentang waqof diatas bisa diambil
beberapa pengertian tentang hukum seputar waqof, namun lebih baik kita
perinci satu persatu sehingga lebih jelas dan tersusun.
1.3 Rukun waqof
واركانه اربعة واقف وموقوف وموقوف عليه وصيغة اﻫ.
توشيح على ابن قاسم. ص ۱۷۲
Rukun- rukun waqof ada empat:
1.Waqif 2. Mauquf 3. Mauquf alaih 4. Shigot
1.3.1 Waqif
Yaitu pemberi waqof dan disyaratkatkan
sebagai berikut:
1.
Sah ibarat (perkataann) nya. Karena itu tidak sah waqof
dari anak kecil dan orang gila atau orang pikun.
2.
Ahli tabarru yaitu memiliki hak penuh untuk melepas
kepemilikan atas harta tanpa imbalan. Karena itu tidak sah waqof dari orang
yang terpaksa (mukroh) dan orang yang terlarang untuk mengelola harta bendanya
(mahjur alaih).
وشرط الواقف صحة عبارته واهلية التبرع اﻫ. توشيح
على ابن قاسم. ص۱۷۲
Catatan:
Maksud dalam definisi “ untuk digunakan dalam kebaikan” adalah selain
hal yang haram.
Kaitan waqof dengan tujuan mendekatkan diri kepada Alloh (taqorrub
ilalloh) bukan merupakan syarat. Jadi sah waqof walaupun tidak terlihat niat
taqorrub seperti waqof kepada orang kaya.
Disyaratkan menjelaskan mashroful waqfi (sasaran waqof)
Waqif tidak disyaratkan muslim, orang kafir juga bisa memberi waqof.
1.3.2 Mauquf atau disingkat waqof
Yaitu barang yang diwakofkan, dan
disyaratkan memenuhi kriteria sebagai berikut:
1.
Mauquf harus bisa dimanfaatkan walaupun tidak secara
langsung seperti waqof anak domba yang baru bisa diambil manfaatnya setelah
besar.
2.
Mauquf harus benda yang kekal dzatnya. Karena itu tidak
sah waqof makanan, minuman, lilin dan sebagainya, sebab manfaat benda-benda
tersebut adalah dengan cara menghabiskan dan melenyapkan dzatnya.
Arti kekal disini adalah tahan lama, bukan kekal yang berarti tidak
bisa rusak. Dan arti dawam inipun relative, karena setiap benda memiliki batas
ketahanan masing-masing seperti contoh besi dan kaca tentu berbeda arti
ketahanan diantara keduanya tetapi tetap saja besi dan kaca disebut benda yang
dawam (tahan lama)
والمراد الدوام النسبى ودوام كلّ شئ بحسابه اﻫ.
توشيح على ابن قاسم. ص ١٧٣
3.
Mauquf harus merupakan milik waqif. Karena itu tidak
sah mewaqofkan harta orang lain
4.
Mauquf harus bisa diserahkan walaupun tidak terlihat
waqif. Jadi sah waqof orang buta dan barang yang dighoshob.
5.
Mauquf harus bisa diambil manfaatnya secara hakiki.
Karena itu tidak sah waqof manfaat seperti waqof uang untuk modal perdagangan
dan hasil labanya diberikan pada fakir miskin, sebab perdagangan bukan benda.
Begitu pula tidak sah waqof uang untuk perhiasan, karena fungsi uang bukan
untuk perhiasan.
6.
Mauquf harus tentu dan jelas. Karena itu tidak sah
mewaqofkan salah satu dari kedua benda
seperti ucapan waqif “aku waqofkan salah satu dari bajuku”, karena
pernyataan ini tidak jelas. Begitu pula tidak sah waqof barang yang masih dalam
tanggungan (fi dzimah).
7.
Mauquf harus barang yang memiliki manfaat yang
diperbolehkan (mubah) menurut syara. Karena itu tidak sah waqof arak, najis
atau alat malahi (alat musik) seperti gitar, terompet dan lain-lain, karena itu
semua terlarang menurut syara.
Dalam madzhab syafe’i ada dua kategori
benda yang berhubungan dengan masalah waqof yaitu Aqor dan Manqul.
Aqor adalah benda diam atau tidak
bergerak, benda ini berkaitan dengan bumi dan yang berada diatasnya seperti
lahan, pepohonan, bangunan dan sebagainya.
Manqul adalah benda bergerak atau
mungkin dipindahkan dengan tanpa harus merusak atau merubah benda tersebut
seperti pakaian, hewan, motor, mobil dan sebagainya.
Dalam hubungan kedua kategori ini ada
beberapa hal yang akan dibicarakan lebih lanjut nanti insya Alloh pada bahasan
shigot.
Catatan:
Mauquf bersifat tetap (tidak bisa dipindah alihkan kepada orang lain)
baik dengan cara diperjualbelikan , digadai, dihibahkan, atau diwariskan. Jadi
mauquf telah lepas dari kepemilikan waqif dan juga bukan merupakan milik mauquf
alaih (penerima wakaf).
Biaya pengurusan mauquf dan pembangunannya disekirakan waqif
mensyaratkannya itu dari harta waqif atau dari harta mauquf, kalau tidak maka
dari manfaat mauquf seperi hasil dari lahan, bilamana manfaat mauquf telah
putus maka biaya pengurusan mauquf diambil dari baitul mal.
ونفقة الموقوف ومؤنة تجهيزه اذا مات وعمارته من
حيث شرطها الواقف من ماله او من مال الوقف والا فمن منافع الموقوف ككسب العبد وغلة
العقار فاذا انقطعت منافعه فالنفقة ومؤنة تجهيز لا العمارةُ من بيت المال اﻫ. توشيح
على ابن قاسم. ص ۱۷٤
1.3.3 Mauquf alaih
Disebut juga mashroful waqfi, (sasaran atau tujuan waqof) yaitu
seseorang atau kelompok yang menerima barang waqof . mauquf alaih terdiri dari
dua macam yaitu:
a.
Mauquf alaih muayyan (tentu dan jelas) baik perorangan
maupun kelompok.
b.
Mauquf alaih ghoiru muayyan (tidak tentu) yang biasa
disebut jihat ammah (pihak umum) seperti mesjid dan fakir miskin.
Baik muayyan maupun ghoiru
muayyan disyaratkan harus layak untuk memiliki (ahlan litamalluk)
شرط الموقوف عليه معيناً كان كزيد وذريةِ فلان
او جهةً كالفقراء والمساجد ونحوهما كونه اهلا لتملّك اﻫ. بغية المسترشدين ص ۱۷۱
Maksud dari kedua ketentuan tersebut adalah bahwa saat waqif mengucapkan
shigot (ikrar) waqof, ia harus menentukan khusus dan memberi keumuman dalam hal
mashroful waqfi seperti ucapan waqif “aku waqofkan lahan sawah ini pada zayd
dan keturunannya dan fakir miskin”.
Ucapan waqif kepada zayd adalah tujuan pertama, dan keturunannya tujuan
kedua dan fakir miskin tujuan terakhir (umum) maksud diadakan ketentuan seperti
ini adalah untuk mengantisipasi apabila terjadi kekosongan pada mauquf alaih.
Seperti dalam contoh adalah zayd dan keturunannya, sehingga apabila zayd telah
mati dan keturunannya telah punah (mati) pula, maka masih ada mashroful waqfi
lain yaitu fakir miskin sehingga manfaat dari hasil lahan sawah yang diwaqafkan
tadi tetap memiliki penerima dan otomatis barang waqaf tersebut tetap bisa
terjaga kelestariannya karena tentu akan selalu diolah untuk diambil
manfaatnya.
Berbeda keadaan bila waqif hanya berkata “aku akan waqofkan lahan sawah
ini kepada zayd” karena setelah zayd mati maka putuslah sudah mashroful
waqfinya dan otomatis barang waqof tersebut menjadi tanah mati tanpa bisa
diharapkan manfaatnya.
Mauquf alaih muayyan bisa merupakan kerabat atau keturunan waqif
sendiri. Maksud waqof kepada dzurriyyah (keturunan) seperti ini biasanya
dilakukan untuk mengantisipasi kecekcokan diantara ahli waris namun kenyataan
dilapangan waqof seperti ini justru tidak sedikit menjadi sebab pertentangan
dan perebutan diantara mereka yang akhirnya terjadi penjualan tanah waqof.
Padahal jelas bahwa hal itu tidak boleh dan tidak sah diperjualbelikan.
Mauquf alaih yang merupakan jihat ammah atau pihak umum itu seperti
ulama, yatim, fakir miskin, mesjid, mushola, pondok pesantren atau yayasan dan
sebagainya.
Tidak sah menggantungkan waqof seperti ucapan waqif “ aku waqofkan
rumah ini nanti akhir bulan” namun ada dua keadaan dimana sah waqof dengan
penggantungan (ta’liq) yaitu:
a.
Setiap benda waqof yang menyerupai pembebasan yaitu
benda waqof yang telah disepakati bahwa benda tersebut telah kembali menjadi
milik Allah seperti mesjid, madrosah, pesantren, pekuburan dan lain sebagainya.
b.
Bila penggantungan (ta’liq) waqof tersebut dikaitkan
kepada mati seperti ucapan waqif “aku wakofkan rumah ini setelah aku mati”.
Waqof seperti ini sah dan menjadi masalah wasiat dengan segala
hukumnya.
لايصحّ تعليق الوقف فلوقال وقفت دارى قبل مرض موتى
بثلاثة أيام أو قبل موتى بلخظة مثلا لم يصحّ نعم يستثنى من عدم صحة التعليق مسألتان
: الاولى كلّ مايضاهى التحرير وهو مااتفق على أن الملك فيه لله تعالى كالماساجد
والمدراس والمقابر والربط فيصحّ تعليق وقفها مطلقا. الثانية تعليقه بالموت كوقفتُ
دارى بعد موتى أو إذا متُ فهى وقف على كذا فيصيحّ أيضا ويقع الوقف بعدالموت ويسلك
به مسلك الوصية من كونه يقبل الرجوع اتفاقا وكونه من الثلث ومن أنه لابدّ فيه من
الاجازة إن كان لوارث ثم يصير حكمه حكم الوقف اﻫ. بغية المسترشدين ص ۱٦۹
Kecuali bila setelah ta’liq ditambahkan jihat ammah
seperti ucapan waqif “aku waqofkan rumah ini padamu dan fakir miskin bila datang
bulan syawal”
ويشترط فى الوقف أن لايكون مؤقتا كوقفتُ هذا
سنة فلايصحّ مالم يعقبه بمصرف آخر فان اعقبه بمصرف آخر كوقفتُ هذا على زيد سنة ثم
الفقراء صحّ اﻫ. توشيح على ابن قاسم. ص ۱۷٤
Mauquf alaih dilihat dari segi tujuan bisa dibagi menjadi dua:
a.
ibadah murni seperti waqof al-quran, kitab, mesjid dan
lain-lain.
b.
Sosial (kepentingan umum) baik kepentingan pendidikan
seperti madrosah, pondok pesantren, dan lain sebagainya. Atau kepentingan
bersama seperti sumur, pekuburan, jalan, pasar, irigasi dan lain-lain.
Catatan:
Mauquf alaih yang bersifat seumpama pembebasan boleh menerima waqof
berupa lahan produktif atau kelengkapan sarana dan lainnya.
Dimaksudkan untuk biaya pengurusan dan pembangunan. Karena itu
dibutuhkan pengurus dan pengelola barang waqof tersebut. Pengurus itu disebut
nadzir atau qoyyim waqof. Dan untuk masalah nadzir ini insya Allah penulis akan
bahas diakhir risalah.
Shigot waqof
Yaitu ikrar atau pernyataan dari waqif. Merupakan salah satu bagian
terpenting yang menjadi penentu sah atau tidaknya waqof tersebut. Karena
itulah, hendaklah waqif mengerti dan hati-hati mengucapkan ikrar waqof tersebut
dengan meneliti sebelumnya untuk apa? Dan kepada siapa? Barang waqof itu akan
diserahkan.
Dalam pembahasan rukun waqof
yang lalu telah disebutkan bahwa ada dua kategori mauquf (barang waqof) yaitu Aqor dan Manqul, khusus
pada mauquf aqor, ada beberapa kemungkinan yang bisa terjadi berkaitan dengan
sighot waqof antara lain:
1.
Bila waqif berkata “aku waqofkan lahan/tanah ini
sebagai mesjid”.
Lahan tersebut
otomatis menjadi mesjid dan memiliki hukum-hukum mesjid seperti bisa dipakai
sholat, beri’tikaf dan dilarangnya bagi orang junub atau haid untuk berdiam
diatasnya dan lain sebagainya, baik diatas lahan tersebut terdapat bangunan
atau tidak.
2. Bila waqif barkata “aku waqofkan bangunan ini
sebagai mesjid”
Maka
bangunan tersebut memiliki hukum mesjid, tapi lahan bangunan ini tidak langsung
menjadi mesjid.
3.
Bila waqif berkata “aku waqofkan tanah ini untuk mesjid
dan sarana penunjangnya”
Maka
tanah itu sah menjadi mesjid namun tidak secara keseluruhan. Sehingga selain
untuk mesjid, tanah itu bisa dipakai untuk membuat sarana penunjang lainnya
seperti halaman parkir, kantor mesjid, perpustakaan, WC dan sarana-sarana yang
lainya.
4.
Bila waqif berkata “aku waqofkan tanah dan bangunan
diatasnya sebagai mesjid”
Maka
lahan dan bangunan tersebut berstatus mesjid dengan segala hukumnya.
Pada kasus pertama yang menjadi mesjid hanya tanahnya, sehingga bila
diatasnya dibangun bangunan sebagai mesjid, bangunan itu bukan termasuk barang
waqof.
Pada kasus kedua yang menjadi mesjid hanya bangunannya saja sedangkan
tanahnya tidak berstatus tanah waqof.
Pada kasus ketiga yang menjadi mesjid hanya bagian yang ditentukan
saja, sedangkan lahan yang lain bisa dibangun sarana-sarana yang lain. Bahkan
bila diatas tanah itu dibangun satu bangunan untuk mesjid, maka bangunan
tersebut tidak memiliki hukum barang waqof.
Pada kasus keempat, tanah dan bangunan diatasnya sekaligus dihukumi
sebagai mesjid dan merupakan barang waqof.
Dilihat dari segi mauquf alaih, shigot waqof terdiri
atas:
a.
Munqotiul awal, seperti ucapan waqof “aku waqofkan
tanah ini pada anakku yang akan lahir kemudian kepada para fakir miskin” shigot
waqof seperti ini batal dan tidak sah.
والثانى أن يكون الوقف على أصل موجود وفرع لاينقطع
فخرج الوقف على من سيولد للواقف ثم على الفقراء ويسمى هذا منقطع الاول وهو باطل
على المذهب اﻫ. توشيح على ابن قاسم. ص ۱۷۳
b.
Munqotiul awal dan akhir, seperti ucapan waqif “aku
waqofkan tanah ini kepada anakku yangakan lahir” atau ucapan waqif “aku
waqofkan tanah ini” tanpa menyebutkan mashroful waqfi shigot seperti inipun
batal dan tidak sah.
فإن لم يقل ثم الفقراء بل اقتص على قوله وقفته على من سيولد
لى كان منقطع الاوّل والآخر وهو باطل بالاولى كما اقتصر على قوله وقفت كذا فانه
باطل فى الاظهر لعدم ذكرمصرفه اﻫ. توشيح على ابن قاسم. ص ۱۷۳
c.
Munqotiul akhir, seperti ucapan waqif “aku waqofkan
tanah ini kepada zayd dan anak-anaknya”.
Dalam masalah shigot munqotiul akhir ini terdapat dua pendapat:
Pertama tidak
sah seperti shigot munqotiul awal
Kedua yang
merupakan pendapat sahih itu sah.
Adapun harta wakof tersebut menurut pendapat kedua, bila mana seluruh
mauquf alaih telah punah, maka diserahkan kepada kerabat waqif yang paling
dekat.
وقوله لاينقطع اختراز عن الوقف المنقطع الاخر كقوله وقفت
هذا على زيد ثم نسله أى أولاده الذكوروالاناث ولم يزد على ذلك القول فانه طريقان
فيعود الموقوف ملكا لواقف أو لورثته ان مات وهو الذى مشى عليه المصنف لكن الراجح
الصحة وأن الموقوف يبقى وقفا ومصرفه وقت انقراض المذكور أقرب الناس الى الواقف رحماً لا ﺇرثاً
فى الاظهر ويختصّ بفقراء القرابة والرحم لما فى ذلك من صلّة الرحم اﻫ. توشيح على
ابن قاسم. ص ۱۷۳
d.
Munqotiul wasath seperti ucapan waqif “aku waqofkan
tanah ini kepada anak-anakku dan seseorang lalu fakir miskin”. Hukumnya sama
seperti shigot munqotiul akhir yaitu sah.
ومثل منقطع الآخر منقطع الوسط كقوله وقفت هذا على أولادى ثم
رجل ثم الفقراء فالمذهب صحته ويصرف بعد الاول فيه مصرف منقطع الاخر اﻫ. توشيح على ابن قاسم. ص ۱۷۳
Catatan:
Sah shigot
waqof dengan tulisan
(سئل) عن كتابة وقف
صيغته: وقف فلان جمع الدار الكائنة بمدينة كذا مصروف على فلان وفلان ولم يذكر فيه
من الحدود ما يميزبه فهل الوقف بهده الصيغة صحيح ويسلم للموقوف عليهم أولا؟
(فاجاب) بانه يصح الوقف المذكور بهذه الصيغة المذكورة ويسلم الوقف للموقوف عليهم اﻫ.
فتاوى شيخ الاسلام زكريا ص ۲۲۱
Bila shigot (ikrar)
waqof berisi tentang kepentingan umum (ma shalih) suatu mauquf alaih, misalnya
waqif mewaqofkan sesuatu untuk kepentingan mesjid maka termasuk didalamnya
bagian upah imam dan khatib.
(سئل) عن الوقف على مصالح الجامع هل يشمل الامامة والخطابة
أولا؟ (فاجاب) بان الوقف على ذلك يشمل ما ذكر اﻫ. فتاوى شيخ الاسلام زكريا ص ۲۲٤
Pembagian shigot-shigot waqof seperti diatas hanya bilamana mauquf
alaih (penerima waqof) tidak termasuk mauquf alaih yang bersifat seumpama
pembebasan. Adapun bilamana waqof untuk mauquf alaih yang seumpama pembebasan,
tidak terdapat perincian tersebut. Waqif cukup berkata “aku waqofkan tanah ini
kepada mesjid”
II. Nadzir atau
Qoyyim waqof
ذكر
الدميرى حديث "اذا احب الله عبدا جعله قيّم المسجد واذا ابغضه جعله قيّم
الحمام" اﻫ. بغية المسترشدين ص ۱۷۳
Nadzir adalah
seseorang atau sekelompok orang yang diberi tugas untuk mengurus dan mengelola
barang waqof. Nadzir bisa dipegang oleh waqif sendiri atau oleh mauquf alaih
atau seseorang yang khusus diserahi tanggung jawab kepengurusan barang waqof
dan diangkat atau ditunjuk oleh waqif. Karena itulah nadzir ada dua:
a.
Nadzir khusus; yaitu orang yang diangkat oleh waqif
untuk mengurus dan mengelola barang waqof.
b.
Nadzir umum; yaitu hakim atau wali yang ditugaskan oleh
pemerintah (waliyul amri).
Bila waqif
tidak menunjuk seseorang untuk jadi nadzir maka pemerintah mengangkat hakim
yang berada di daerah barang waqof tersebut terdapat untuk mengurus dan
mengelolanya.
اذا
لم يشرط الواقف النظرا لاحد او جهِل الشرطُ فالنظر على الوقف لحاكم بلد الوقف كما
رجحه السبكى وغيره ولوكان الموقوف عليه ببلد اُخرى اﻫ.فتاوى ابن زياد بهامش بغية
المسترشدين ص ۱۷۳
2.1 Syarat Nadzir
1.
Adalah 2. Kifayah
Adalah bersiafat jujur, amanah, dan bertanggung jawab, sedangkan
Kifayah memiliki kemampuan pada bidangnya.
2.2 Tugas Nadzir
1.
Pembangunan dan kemakmuran barang waqof
2.
Pengelolaan dan
pengaturan hasil manfaat barang waqof
وشرط الناظر عدالة وكفاية ووظيفته عمارة واجارة
وحفظ أصل وغلّة وجمعها وقسمتها على مستحقيها اﻫ. الاقناع ۲\۸۱
Adapun ketentuan pengelolaan dan pengurusan mauquf itu tergantung dari
syarat (keinginan) waqif. Bila wakif hanya memperbolehkan nadzir untuk mengurus
dan mengelola sebagian mauquf, maka nadzir tidak boleh melewati batas
kewenangannya. Waqif juga berhak untuk memberhentikan orang yang ia angkat
sebagai nadzir dan memilih yang lain sebagai pengganti.
فان فوّض له بعضها لم يتعده. ولواقف ناظرعزل من
ولاه النظرفيه ونصب غيره مكانه اﻫ. الاقناع ۲\۸۱
Nadzir mendapat upah dari tugas mengelolanya bila waqif menetapkan hal
tersebut. Namun jika tidak, maka hakim bisa menetapkan bagian upah wajar bagi
nadzir jika ia fakir (butuh).
(سئل) عن شخص وقف وقفا ولم يشرط للناظر عليه
أجرة فهل له ان يأخد لنفسه أجرة من رِيَع الوقف أولا؟ (فاجاب) بانه لاشيئ للناظر
من ريع الوقف والحالة هذه نعم ان كان فقيرا فللحاكم ان يقرر له معلوماً بقدر أجرته
اﻫ. فتاوى شيخ الاسلام زكريا ص ۲۲۱
Syarat (ketentuan dan keinginan) waqif tentang pengurusan, pengelolaan,
pembagian dan hal lainnya yang berkaitan dengan kepentingan mauquf itu harus
diikuti dan dijalankan oleh nadzir.
Untuk kemakmuran dan keramaian mesjid, seorang nadzir boleh bahkan
sunah untuk mengadakan hal-hal yang bisa menambah rasa suka dan betah para
pengunjung mesjid seperti mengadakan jamuan kopi, rokok dan yang lainnya. Bila
bisa untuk menambah jama’ah mesjid walaupun sebelumnya tidak terbiasa seperti
itu.
ويجوز بل يندب للقيم ان يفعل ما يعتاد فى
المسجد من قهوة ودخون وغيرهما مما يرغب نحوالمصلين وان لم يتعد قبلُ اذا زاد على
عمارته اﻫ. بغية المسترشدين ص ٦٥
Catatan:
Tidak boleh
mengangkat seorang kafir sebagai nadzir.
(سئل) عن ذمى ناظر على دير وعلى اوقافه
ونذوراته بمقتض ولاية من الامام الاعظم فهل هذه الولاية صحيحة أو باطلة؟ (فاجاب) بأن
ولاية الذمى وإن كان عدلا فى دينه باطلة لان شرط الناظر عدالة والعدالة الحقيقية
لاتكون إلاّ لمسلم. ويحتمل أن يقال بصحتها إذا كان عدلا فى دينه قياسا على صحة إيصاء
الذمى إلى ذمى على ذمى وعلى صحة عقد الكافر نكاحَ الكافر إذا كان كذلك وهو بعيدٌ
لان الولاية فى تينك لم تصدر من مسلم وهاهنا صدرت منه وقد قال الله تعالى "(ياايها الذين آمنوا لاتتخذوا
اليهود والنصارى أوليآء)" اﻫ.فتاوى شيخ الاسلام زكريا ص ۱۹۷
Sekian, semoga bermanfaat.
Wassalam
Daftar Pustaka
1. Tausyih Ala Ibn Qasim
2. Bughyat al-Musytarsyidin
3. Fatawa syaikh islam Zakariya
4. Al-Iqna’
Risalah waqof ini ditulis ulang
oleh “Ahmad Opandi Assidiq” .
Apabila
ada kesalahan ketik dan penempatan kata yang kurang sesuai, mohon dimaklum dan
diharapkan pembenarannya. Terima kasih.
1 komentar:
Terimakasih bang semoga bermanfaat
Posting Komentar